Selasa, 30 Juli 2013

PESAN dari SALAKANAGARA

Perjalanan siang hari dari Pandeglang menuju Menes ditempuh sekitar 2 jam-an lebih, karena ada perbaikan jalan disana-sini. Menyusuri daerah pengunungan melewati jalan alternatif antara Gunung Karang dengan Gunung Pulosari memberikan nuansa tersendiri dengan keindahan alamnya yang bisa dijadikan potensi pariwisata untuk wilayah Banten. Perjalanan ini merupakan amanah yang harus dijalankan untuk menemui salah satu tokoh masyarakat yang memiliki pengarus besar di daerahnya. Ternyata jalan yang harus dilalui pun tidaklah mudah, kendaraan tidak bisa menembus karena terdapat jalan yang longsor. Kami pun akhirnya berjalan kaki dan kendaraanpun dititipkan di rumah warga, namun ditengah perjalanan masih ada warga yang ingin mengantarkan dan menawarkan tumpangan sepeda motor hingga kami pun sampai di tempat tujuan.
Setibanya di lokasi, kami menunggu waktu berbuka puasa dan obrolanpun berlangsung setelah melaksanakan buka puasa dan sholat Maghrib berjamaah. Kami menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan untuk meminta nasehat dan wejangan. Obrolan yang singkat tersebut memberikan arti mendalam bagi kami di tengah suasana alam pengunungan di kaki Gunung Pulosari yang dingin dan disinari terangnya rembulan bertepatan dengan 14 Purnama.
Obrolan pun penuh syarat makna dengan bahasa siloka yang sangat bijak diungkapkan oleh tokoh masyarakat yang dituakan di daerah tersebut. Beberapa petatah petitih nasehat dan amanah yang kami terima yaitu:
  1. Hidup adalah perjalan panjang yang turun menurun dari nenek moyang kita hingga anak cucu keturunan kita, hidup ini tidak sendiri, hidup merupakan kesatuan ruang dan waktu sehingga kita tidak boleh hanya mementingkan kepentingan pribadi saja, melainkan harus menyeluruh dan jauh ke depan. Tidaklah cepat kita berjuang untuk mendapatkan hasilnya, kita menikmati buah-buahan adalah proses waktu yang cukup lama ketika orang tua dan petani menanam pohon jauh sebelum hari ini.
  2. Matahari merupakan energi yang sangat besar untuk merubah berbagai partikel dan dimensi sehingga menjadikan kita tumbuh dan berkembang. Allah menciptakan segala sesuatu dengan segala manfaat dan kekuatannya untuk menjadikan pengetahuan dan membantu manusia melakukan aktivitas dan perkembangan peradabannya.
  3. Dialektika kehidupan sangatlah rumit karena satu sama lain terkadang ingin saling mengungguli dan membinasakan, sehingga kita harus hati-hati terhadap berbagai perilaku manusia yang menyesatkan dan merugikan bagi sesama. Sebagai bangsa Indonesia yang memiliki daya tarik tersendiri bagi dunia, tidaklah lepas dari berbagai scenario manipulasi dan menyesatkan. Banyak kaum yang khawatir akan kemajuan bangsa Indonesia dan berusaha menghalangi kemajuan peradaban bangsa. Maka kita harus terus eling dan waspada terhadap setiap gerak dan perilaku manusia yang menyesatkan tersebut.
  4. Ketika saya menyebut “Salakanagara”, serentak tertegun karena ada pesan yang dari orang tua yang dituakan secara turun menurun, jika ada yang menanyakannya berilah jawaban bahwa mulai dari ujung leher sampai ujung ekor sudah bisa diketahui, namun kepalanya sampai saat ini masih dibenamkan. Sekali-kali kadang dapat dilihat, namun masih dirahasiakan dan menunggu saatnya tiba kelak. Pesan yang disampaikan kepada kami dari Salakanagara adalah memegang teguh tiga hal, yaitu: Perilaku atau Praktek yang baik, memiliki Pengetahuan atau Keilmuan, serta menjaga Hati atau Qolbu.
Silaturahmi pun berakhir menjelang persiapan sholat Tarawih, dan pada saat itu kami masih menyempatkan diri untuk mampir di rumah penduduk dan mereka pun sangat terbuka menerima kedatangan kami. Banyak hal yang kami perbincangkan hingga larut malam, dan kamipun akhirnya pamitan untuk kembali pulang dengan membawa sejumlah nasehat dan pengalaman yang sungguh bermanfaat.
Sebagai ingatan bagi kita semua bahwa di tempat kunjungan kami tersebut merupakan tempat berdirinya sebuah kerajaan yang bernama Salakanagara. Bagi masyarakat Banten, nama Gunung Pulosari sudah tidak asing lagi, Gunung Pulosari yang terletak di Kabupaten Pandeglang menyimpan MISTERI yang tidak bisa diungkap, sampai saat ini para ahli memperdebatkan tentang KERAJAAN TERTUA di INDONESIA, saya tidak habis fikir, berdasarkan fakta sejarah yang ada dan bukti-bukti sejarah menunjukan bahwa KERAJAAN SALAKANAGARA (Negeri Perak) benar adanya. Apakah ini suatu pengkaburan sejarah atau bukan. Mereka masih memperdebatkan teori KEPINTARANNYA tentang SALAKANAGARA.
Kerajaan Salakanagara Tertua di Indonesia (Sebuah Kutipan Sejarah dan Fakta Sejarah)
Salakanagara, berdasarkan Naskah Wangsakerta-Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara (yang disusun sebuah panitia dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta) diperkirakan merupakan kerajaan paling awal yang ada di Nusantara. Nama ahli dan sejarawan yang membuktikan bahwa tatar Banten memiliki nilai-nilai sejarah yang tinggi, antara lain adalah Husein Djajadiningrat, Tb. H. Achmad, Hasan Mu’arif Ambary, Halwany Michrob dan banyak lagi yang lainnya. Selain itu banyak pula temuan-temuan mereka disusun dalam tulisan-tulisan, ulasan-ulasan maupun dalam buku. Belum lagi nama-nama seperti John Miksic, Takashi, Atja, Saleh Danasasmita, Yoseph Iskandar, Claude Guillot, Ayatrohaedi, Wishnu Handoko dan lain-lain yang menambah wawasan mengenai Banten menjadi tambah luas dan terbuka dengan karya-karyanya dibuat baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Pendiri Salakanagara, Dewawarman adalah duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India) yang akhirnya menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat, sedangkan pendiri Tarumanagara adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari wilayah Calankayana, Bharata karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan lain. Sementara Kutai didirikan oleh pengungsi dari Magada, Bharata setelah daerahnya juga dikuasai oleh kerajaan lain.
Sedangkan menurut naskah Pustaka Rayja-rayja I Bhumi Nusantara, salah satu kerajaan di pulau Jawa adalah Salakanagara (artinya: negara perak). Salakanagara didirikan pada tahun 52 Saka (130/131 Masehi). Lokasi kerajaan tersebut dipercaya berada di Teluk Lada, kota Pandeglang, kota yang terkenal dengan hasil logamnya (Pandeglang dalam bahasa Sunda merupakan singkatan dari kata-kata panday dan geulang yang artinya pembuat gelang). Dr. Edi S. Ekajati, sejarawan Sunda, memperkirakan bahwa letak ibukota kerajaan tersebut adalah yang menjadi kota Merak sekarang (merak dalam bahasa Sunda artinya “membuat perak”). Sebagain lagi memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di sekitar Gunung Salak, berdasarkan pengucapan kata “Salaka” dan kata “Salak” yang hampir sama. Prasasti yang berumur 1600 tahun yang berasal dari zaman Purnawarman, raja Tarumanagara, yang ditemukan di Kelurahan Tugu, Jakarta. Adalah sangat mungkin bahwa Argyre atau Argyros pada ujung barat yang disebutkan Claudius Ptolemaeus Pelusiniensis (Ptolemy) dari Mesir (87-150 AD) dalam bukunya “Geographike Hypergesis” adalah Salakanagara. Suatu laporan dari China pada tahun 132 menyebutkan Pien, raja Ye-tiau, meminjamkan stempel mas dan pita ungu kepada Tiao-Pien. Kata Ye-tiau ditafsirkan oleh G. Ferrand, seorang sejarawan Perancis, sebagai Javadwipa dan Tiao-pien (Tiao=Dewa, Pien=Warman) merujuk kepada Dewawarman. Kerajaan Salakanagara kemudian digantikan oleh kerajaan Tarumanagara.
Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Plotemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Adalah Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman. Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya.
Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agnynusa (Negeri Api) yang berada di Pulau Krakatau.
Rajatapura adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I – VIII). Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130 Masehi hingga tahun 362 Masehi. Raja Dewawarman I sendiri hanya berkuasa selama 38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Raja Dewawarman II dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. Prabu Dharmawirya tercatat sebagai Raja Dewawarman VIII atau raja Salakanagara terakhir hingga tahun 363 karena sejak itu Salakanagara telah menjadi kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Tarumanagara yang didirikan tahun 358 Masehi oleh Maharesi yang berasal dari Calankayana, India bernama Jayasinghawarman. Pada masa kekuasaan Dewawarman VIII, keadaan ekonomi penduduknya sangat baik, makmur dan sentosa, sedangkan kehidupan beragama sangat harmonis.
Sementara Jayasinghawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Calankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Maurya. Di kemudian hari setelah Jayasinghawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah.
Dewawarman adalah duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India) yang akhirnya menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat, sedangkan pendiri Tarumanagara adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari wilayah Calankayana, Bharata karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan lain. Sementara Kutai didirikan oleh pengungsi dari Magada, Bharata setelah daerahnya juga dikuasai oleh kerajaan lain. Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Adalah Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman. Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya. Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agnynusa (Negeri Api)yang berada di Pulau Krakatau.
Banten Selatan banyak sekali cerita yang menyuguhkan tentang sejarah yang sangat menarik untuk di teliti. Salah satunya sejarah Kerajaan Salakanagara yang masih kontraversi para ahli sejarah dan ahli arkeologi. Tapi tempat-tempat seperti situs Cihunjuran, Citaman, Pulosari dan Ujung Kulon merupakan tempat-tempat yang dapat menyibak dan menyimpan banyak hal tentang keberadaan tentang Kerajaan Salakanagara. Di Cihunjuran misalnya, di tengah hamparan pesawahan terdapat beberapa batu-batu purba (menhir) serta kolam-kolam pemandian purba tepatnya seperti zaman Megalitikum.
Bukan hanya batu-batuan dan kolam-kolam purba yang menambah menariknya Cihunjuran, pemakaman Aki Tirem Luhur Mulia atau yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Angling Dharma dalam nama Hindu dan Wali Jangkung dalam nama Islam, ukurannya pemakamannya tidak seperti pemakaman pada umumnya ini membuat semakin bertambah nilai eksotik tempat tersebut. Batu Dolmen, tumpukan menhir dan Batu Dakon serta Batu Peta yang sampai saat ini belum ada satu orang pun yang dapat menerjemahkan isi peta tersebut semakin menambah eksotisme nilai sejarah yang ada di situs Cihunjuran. Ditengah rasa kekaguman dan keingintahuan terhadap eksotisme sejarah peninggalan Kerajaan Salakanagara walau tidak banyak keterangan dari tokoh masyarakat, tetua adat dan masyarakat setempat membuat rasa keingintahuan itu pun sedikit terpuaskan dengan adanya keterangan tersebut. Berikut beberapa keterangan dari mereka :
1. Kerajaan Salakanagara Ada Sejak Abad Ke 1
Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua yang ada di Nusantara. Raja pertama Kerajaan tersebut adalah Dewawarman. Dewawarman merupakan duta dari Kerajaan India yang diutus ke Nusantara (Pulau Jawa), kemudian Dewawarman dinikahkan oleh Aki Tirem Luhur Mulia dengan Putrinya yang bernama Larasati Sri Pohaci, maka setelah Dewawarman menjadi menantu dari Aki Tirem Luhur Mulia diangkatlah Dewawarman menjadi Raja I (pertama) yang memikul tampuk kekuasaan Kerajaan Salakanagara. Saat menjadi Raja Dewawarman I dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara. Kerajaan Salakanagara beribukota di Rajatapura yang sampai tahun 363 menjadi pusat Pemerintahaan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I-VIII).
2. Nama lain Aki Tirem Luhur Mulia
Beliau merupakan mertua dari penguasa pertama kerajaan Salakanagara. Dewawarman lebih dikenal oleh masyarakat setempat (Cihunjuran) dengan nama Prabu Angling Dharma dan Wali Jangkung. Nama inilah yang kemudian menjadi sebuah pertanyaan apakah Angling Dharma/Wali Jangkung hanya sebuah cerita rakyat biasa tanpa fakta ataukah nama Angling Dharma/Wali Jangkung memang benar-benar nama lain dari Aki Tirem Luhur Mulia? Tapi kalau ini memang benar adanya, lalu samakah Angling Dharma yang ada di Jawa Tengah dengan Angling Dharma versi masyarakat Cihunjuran?. Ada satu lagi hal yang menarik yang harus dipertanyakan. Kalau memang Angling Dharma itu nama lain dari Aki Tirem Luhur Mulia, lalu bagaimana dengan Wali Jangkung. Bukankah sebutan Wali hanya untuk orang-orang yang memeluk agama Islam? Lalu apa sebenarnya agama yang dianut oleh Aki Tirem Luhur Mulia? Islam kah atau Hindu? Apakah Aki Tirem Luhur Mulia (nama asli) beragama Islam atau Hindu? Tapi dari ritual yang dijalankan oleh masyarakat setempat dapat diartikan bahwa Aki Tirem Luhur Mulia telah di-Islam-kan oleh penduduk setempat. Itupula yang membuat saya bertambah heran.
Hal tersebut bisa terlihat dari ritual-ritual, yang dijalankan oleh masyarakat setempat terhadap situs kerajaan Salakanagara diantaranya: ziarah yang dilakukan di makam Aki Tirem Luhur Mulia yang menggunakan tata cara Islam mulai dari berwudhu dan bacaan-bacaan Ziarah.
Sumber Data:
  1. http://perpushalwany.blogspot.com/2009/12/menyibak-misteri-salakanegara.html
  2. Ayatrohaedi: Sundakala, Cuplikan Sejarah Sunda Berdasar Naskah-naskah “Panitia Wangsakerta” Cirebon. Pustaka Jaya, 2005.

1 komentar:

  1. Assalamu'alaikum.. Apa kabar Bapak Maman? Saya Nico dari Balaraja, mahasiswa Universitas Mercu Buana Meruya, angkatan 2009.. Dulu ketika saya semester 2 bapak mengajar SDM, saya sangat senang dengan suasana kota Pandeglang. Sukes yah pak ! :)

    BalasHapus