Perjalanan siang hari dari Pandeglang
menuju Menes ditempuh sekitar 2 jam-an lebih, karena ada perbaikan jalan
disana-sini. Menyusuri daerah pengunungan melewati jalan alternatif
antara Gunung Karang dengan Gunung Pulosari memberikan nuansa tersendiri
dengan keindahan alamnya yang bisa dijadikan potensi pariwisata untuk
wilayah Banten. Perjalanan ini merupakan amanah yang harus dijalankan
untuk menemui salah satu tokoh masyarakat yang memiliki pengarus besar
di daerahnya. Ternyata jalan yang harus dilalui pun tidaklah mudah,
kendaraan tidak bisa menembus karena terdapat jalan yang longsor. Kami
pun akhirnya berjalan kaki dan kendaraanpun dititipkan di rumah warga,
namun ditengah perjalanan masih ada warga yang ingin mengantarkan dan
menawarkan tumpangan sepeda motor hingga kami pun sampai di tempat
tujuan.
Setibanya di lokasi, kami menunggu waktu
berbuka puasa dan obrolanpun berlangsung setelah melaksanakan buka
puasa dan sholat Maghrib berjamaah. Kami menyampaikan maksud dan tujuan
kedatangan untuk meminta nasehat dan wejangan. Obrolan yang singkat
tersebut memberikan arti mendalam bagi kami di tengah suasana alam
pengunungan di kaki Gunung Pulosari yang dingin dan disinari terangnya
rembulan bertepatan dengan 14 Purnama.
Obrolan pun penuh syarat makna dengan
bahasa siloka yang sangat bijak diungkapkan oleh tokoh masyarakat yang
dituakan di daerah tersebut. Beberapa petatah petitih nasehat dan amanah
yang kami terima yaitu:
Hidup adalah perjalan panjang yang turun menurun dari nenek moyang
kita hingga anak cucu keturunan kita, hidup ini tidak sendiri, hidup
merupakan kesatuan ruang dan waktu sehingga kita tidak boleh hanya
mementingkan kepentingan pribadi saja, melainkan harus menyeluruh dan
jauh ke depan. Tidaklah cepat kita berjuang untuk mendapatkan hasilnya,
kita menikmati buah-buahan adalah proses waktu yang cukup lama ketika
orang tua dan petani menanam pohon jauh sebelum hari ini.
Matahari merupakan energi yang sangat besar untuk merubah berbagai
partikel dan dimensi sehingga menjadikan kita tumbuh dan berkembang.
Allah menciptakan segala sesuatu dengan segala manfaat dan kekuatannya
untuk menjadikan pengetahuan dan membantu manusia melakukan aktivitas
dan perkembangan peradabannya.
Dialektika kehidupan sangatlah rumit karena satu sama lain terkadang
ingin saling mengungguli dan membinasakan, sehingga kita harus
hati-hati terhadap berbagai perilaku manusia yang menyesatkan dan
merugikan bagi sesama. Sebagai bangsa Indonesia yang memiliki daya tarik
tersendiri bagi dunia, tidaklah lepas dari berbagai scenario manipulasi
dan menyesatkan. Banyak kaum yang khawatir akan kemajuan bangsa
Indonesia dan berusaha menghalangi kemajuan peradaban bangsa. Maka kita
harus terus eling dan waspada terhadap setiap gerak dan perilaku manusia
yang menyesatkan tersebut.
Ketika saya menyebut “Salakanagara”, serentak tertegun karena ada
pesan yang dari orang tua yang dituakan secara turun menurun, jika ada
yang menanyakannya berilah jawaban bahwa mulai dari ujung leher sampai
ujung ekor sudah bisa diketahui, namun kepalanya sampai saat ini masih
dibenamkan. Sekali-kali kadang dapat dilihat, namun masih dirahasiakan
dan menunggu saatnya tiba kelak. Pesan yang disampaikan kepada kami dari
Salakanagara adalah memegang teguh tiga hal, yaitu: Perilaku atau
Praktek yang baik, memiliki Pengetahuan atau Keilmuan, serta menjaga
Hati atau Qolbu.
Silaturahmi pun berakhir menjelang
persiapan sholat Tarawih, dan pada saat itu kami masih menyempatkan diri
untuk mampir di rumah penduduk dan mereka pun sangat terbuka menerima
kedatangan kami. Banyak hal yang kami perbincangkan hingga larut malam,
dan kamipun akhirnya pamitan untuk kembali pulang dengan membawa
sejumlah nasehat dan pengalaman yang sungguh bermanfaat.
Sebagai ingatan bagi kita semua bahwa di
tempat kunjungan kami tersebut merupakan tempat berdirinya sebuah
kerajaan yang bernama Salakanagara. Bagi masyarakat Banten, nama Gunung
Pulosari sudah tidak asing lagi, Gunung Pulosari yang terletak di
Kabupaten Pandeglang menyimpan MISTERI yang tidak bisa diungkap, sampai
saat ini para ahli memperdebatkan tentang KERAJAAN TERTUA di INDONESIA,
saya tidak habis fikir, berdasarkan fakta sejarah yang ada dan
bukti-bukti sejarah menunjukan bahwa KERAJAAN SALAKANAGARA (Negeri
Perak) benar adanya. Apakah ini suatu pengkaburan sejarah atau bukan.
Mereka masih memperdebatkan teori KEPINTARANNYA tentang SALAKANAGARA.
Kerajaan Salakanagara Tertua di Indonesia (Sebuah Kutipan Sejarah dan Fakta Sejarah)
Salakanagara, berdasarkan Naskah
Wangsakerta-Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara (yang disusun sebuah
panitia dengan ketuanya Pangeran Wangsakerta) diperkirakan merupakan
kerajaan paling awal yang ada di Nusantara. Nama ahli dan sejarawan yang
membuktikan bahwa tatar Banten memiliki nilai-nilai sejarah yang
tinggi, antara lain adalah Husein Djajadiningrat, Tb. H. Achmad, Hasan
Mu’arif Ambary, Halwany Michrob dan banyak lagi yang lainnya. Selain itu
banyak pula temuan-temuan mereka disusun dalam tulisan-tulisan,
ulasan-ulasan maupun dalam buku. Belum lagi nama-nama seperti John
Miksic, Takashi, Atja, Saleh Danasasmita, Yoseph Iskandar, Claude
Guillot, Ayatrohaedi, Wishnu Handoko dan lain-lain yang menambah wawasan
mengenai Banten menjadi tambah luas dan terbuka dengan karya-karyanya
dibuat baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.
Pendiri Salakanagara, Dewawarman adalah
duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India)
yang akhirnya menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat,
sedangkan pendiri Tarumanagara adalah Maharesi Jayasingawarman,
pengungsi dari wilayah Calankayana, Bharata karena daerahnya dikuasai
oleh kerajaan lain. Sementara Kutai didirikan oleh pengungsi dari
Magada, Bharata setelah daerahnya juga dikuasai oleh kerajaan lain.
Sedangkan menurut naskah Pustaka
Rayja-rayja I Bhumi Nusantara, salah satu kerajaan di pulau Jawa adalah
Salakanagara (artinya: negara perak). Salakanagara didirikan pada tahun
52 Saka (130/131 Masehi). Lokasi kerajaan tersebut dipercaya berada di
Teluk Lada, kota Pandeglang, kota yang terkenal dengan hasil logamnya
(Pandeglang dalam bahasa Sunda merupakan singkatan dari kata-kata panday
dan geulang yang artinya pembuat gelang). Dr. Edi S. Ekajati, sejarawan
Sunda, memperkirakan bahwa letak ibukota kerajaan tersebut adalah yang
menjadi kota Merak sekarang (merak dalam bahasa Sunda artinya “membuat
perak”). Sebagain lagi memperkirakan bahwa kerajaan tersebut terletak di
sekitar Gunung Salak, berdasarkan pengucapan kata “Salaka” dan kata
“Salak” yang hampir sama. Prasasti yang berumur 1600 tahun yang berasal
dari zaman Purnawarman, raja Tarumanagara, yang ditemukan di Kelurahan
Tugu, Jakarta. Adalah sangat mungkin bahwa Argyre atau Argyros pada
ujung barat yang disebutkan Claudius Ptolemaeus Pelusiniensis (Ptolemy)
dari Mesir (87-150 AD) dalam bukunya “Geographike Hypergesis” adalah
Salakanagara. Suatu laporan dari China pada tahun 132 menyebutkan Pien,
raja Ye-tiau, meminjamkan stempel mas dan pita ungu kepada Tiao-Pien.
Kata Ye-tiau ditafsirkan oleh G. Ferrand, seorang sejarawan Perancis,
sebagai Javadwipa dan Tiao-pien (Tiao=Dewa, Pien=Warman) merujuk kepada
Dewawarman. Kerajaan Salakanagara kemudian digantikan oleh kerajaan
Tarumanagara.
Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut Argyre
oleh Plotemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada
Pandeglang. Adalah Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat
yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri Sang Aki Luhur
Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman. Hal ini
membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan wanita
setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya.
Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman
menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan
sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di
Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Darmalokapala
Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa kerajaan kecil di
sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agnynusa
(Negeri Api) yang berada di Pulau Krakatau.
Rajatapura adalah ibukota Salakanagara
yang hingga tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman
(dari Dewawarman I – VIII). Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun,
tepatnya dari tahun 130 Masehi hingga tahun 362 Masehi. Raja Dewawarman
I sendiri hanya berkuasa selama 38 tahun dan digantikan anaknya yang
menjadi Raja Dewawarman II dengan gelar Prabu Digwijayakasa
Dewawarmanputra. Prabu Dharmawirya tercatat sebagai Raja Dewawarman VIII
atau raja Salakanagara terakhir hingga tahun 363 karena sejak itu
Salakanagara telah menjadi kerajaan yang berada di bawah kekuasaan
Tarumanagara yang didirikan tahun 358 Masehi oleh Maharesi yang berasal
dari Calankayana, India bernama Jayasinghawarman. Pada masa kekuasaan
Dewawarman VIII, keadaan ekonomi penduduknya sangat baik, makmur dan
sentosa, sedangkan kehidupan beragama sangat harmonis.
Sementara Jayasinghawarman pendiri
Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang
Maharesi dari Calankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena
daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan
Maurya. Di kemudian hari setelah Jayasinghawarman mendirikan
Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke
Tarumanagara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah.
Dewawarman adalah duta keliling,
pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India) yang akhirnya
menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat, sedangkan
pendiri Tarumanagara adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari
wilayah Calankayana, Bharata karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan
lain. Sementara Kutai didirikan oleh pengungsi dari Magada, Bharata
setelah daerahnya juga dikuasai oleh kerajaan lain. Tokoh awal yang
berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut
Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada
Pandeglang. Adalah Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat
yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri Sang Aki Luhur
Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman. Hal ini
membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan wanita
setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya. Ketika Aki Tirem
meninggal, Dewawarman menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia
kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara (Negeri
Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan gelar
Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa
kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain
Kerajaan Agnynusa (Negeri Api)yang berada di Pulau Krakatau.
Banten Selatan banyak sekali cerita yang
menyuguhkan tentang sejarah yang sangat menarik untuk di teliti. Salah
satunya sejarah Kerajaan Salakanagara yang masih kontraversi para ahli
sejarah dan ahli arkeologi. Tapi tempat-tempat seperti situs Cihunjuran,
Citaman, Pulosari dan Ujung Kulon merupakan tempat-tempat yang dapat
menyibak dan menyimpan banyak hal tentang keberadaan tentang Kerajaan
Salakanagara. Di Cihunjuran misalnya, di tengah hamparan pesawahan
terdapat beberapa batu-batu purba (menhir) serta kolam-kolam pemandian
purba tepatnya seperti zaman Megalitikum.
Bukan hanya batu-batuan dan kolam-kolam
purba yang menambah menariknya Cihunjuran, pemakaman Aki Tirem Luhur
Mulia atau yang lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama
Angling Dharma dalam nama Hindu dan Wali Jangkung dalam nama Islam,
ukurannya pemakamannya tidak seperti pemakaman pada umumnya ini membuat
semakin bertambah nilai eksotik tempat tersebut. Batu Dolmen, tumpukan
menhir dan Batu Dakon serta Batu Peta yang sampai saat ini belum ada
satu orang pun yang dapat menerjemahkan isi peta tersebut semakin
menambah eksotisme nilai sejarah yang ada di situs Cihunjuran. Ditengah
rasa kekaguman dan keingintahuan terhadap eksotisme sejarah peninggalan
Kerajaan Salakanagara walau tidak banyak keterangan dari tokoh
masyarakat, tetua adat dan masyarakat setempat membuat rasa
keingintahuan itu pun sedikit terpuaskan dengan adanya keterangan
tersebut. Berikut beberapa keterangan dari mereka :
1. Kerajaan Salakanagara Ada Sejak Abad Ke 1
Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan
tertua yang ada di Nusantara. Raja pertama Kerajaan tersebut adalah
Dewawarman. Dewawarman merupakan duta dari Kerajaan India yang diutus ke
Nusantara (Pulau Jawa), kemudian Dewawarman dinikahkan oleh Aki Tirem
Luhur Mulia dengan Putrinya yang bernama Larasati Sri Pohaci, maka
setelah Dewawarman menjadi menantu dari Aki Tirem Luhur Mulia
diangkatlah Dewawarman menjadi Raja I (pertama) yang memikul tampuk
kekuasaan Kerajaan Salakanagara. Saat menjadi Raja Dewawarman I
dinobatkan dengan nama Prabhu Dharmalokapala Dewawarman Haji
Raksagapurasagara. Kerajaan Salakanagara beribukota di Rajatapura yang
sampai tahun 363 menjadi pusat Pemerintahaan Raja-raja Dewawarman (dari
Dewawarman I-VIII).
2. Nama lain Aki Tirem Luhur Mulia
Beliau merupakan mertua dari penguasa
pertama kerajaan Salakanagara. Dewawarman lebih dikenal oleh masyarakat
setempat (Cihunjuran) dengan nama Prabu Angling Dharma dan Wali
Jangkung. Nama inilah yang kemudian menjadi sebuah pertanyaan apakah
Angling Dharma/Wali Jangkung hanya sebuah cerita rakyat biasa tanpa
fakta ataukah nama Angling Dharma/Wali Jangkung memang benar-benar nama
lain dari Aki Tirem Luhur Mulia? Tapi kalau ini memang benar adanya,
lalu samakah Angling Dharma yang ada di Jawa Tengah dengan Angling
Dharma versi masyarakat Cihunjuran?. Ada satu lagi hal yang menarik yang
harus dipertanyakan. Kalau memang Angling Dharma itu nama lain dari Aki
Tirem Luhur Mulia, lalu bagaimana dengan Wali Jangkung. Bukankah
sebutan Wali hanya untuk orang-orang yang memeluk agama Islam? Lalu apa
sebenarnya agama yang dianut oleh Aki Tirem Luhur Mulia? Islam kah atau
Hindu? Apakah Aki Tirem Luhur Mulia (nama asli) beragama Islam atau
Hindu? Tapi dari ritual yang dijalankan oleh masyarakat setempat dapat
diartikan bahwa Aki Tirem Luhur Mulia telah di-Islam-kan oleh penduduk
setempat. Itupula yang membuat saya bertambah heran.
Hal tersebut bisa terlihat dari
ritual-ritual, yang dijalankan oleh masyarakat setempat terhadap situs
kerajaan Salakanagara diantaranya: ziarah yang dilakukan di makam Aki
Tirem Luhur Mulia yang menggunakan tata cara Islam mulai dari berwudhu
dan bacaan-bacaan Ziarah.
Assalamu'alaikum.. Apa kabar Bapak Maman? Saya Nico dari Balaraja, mahasiswa Universitas Mercu Buana Meruya, angkatan 2009.. Dulu ketika saya semester 2 bapak mengajar SDM, saya sangat senang dengan suasana kota Pandeglang. Sukes yah pak ! :)
Assalamu'alaikum.. Apa kabar Bapak Maman? Saya Nico dari Balaraja, mahasiswa Universitas Mercu Buana Meruya, angkatan 2009.. Dulu ketika saya semester 2 bapak mengajar SDM, saya sangat senang dengan suasana kota Pandeglang. Sukes yah pak ! :)
BalasHapus