Media Massa sering menyebut dan
memberitakan bahwa tahun ini (2013) merupakan tahun politik. Katanya
dunia perpolitikan akan semakin memanas untuk persiapan menuju tahun
Pemilu 2014. Sehingga salah satu konsekuensinya adalah masyarakat akan
semakin banyak disuguhi berita tentang dunia politik. Padahal sudah jadi
rahasia umum jikalau kondisi politik Indonesia dalam konteks demokrasi
secara umum saat ini adalah masih terus ‘sedang belajar’. Ada banyak hal
yang barangkali tentu akan membuat jenuh dan bosan sebab kondisi carut
marut dunia politik serta bidang hukum yang dinilai masih banyak
mengecewakan. Sebut saja dalam salah satu aspek penegakan hukum yakni
masalah banyaknya kasus korupsi.
Lalu haruskah masyarakat umum yang sudah
punya hak memilih dan hak dipilih akan semakin apatis dan skeptis
terhadap kondisi semacam itu? Atau justru sebaliknya, dengan semakin
berkembangnya dinamika politik menuju tahun pemilu maka masyarakat
dituntut untuk meningkatkan tanggungjawab moral demi mengawasi
perkembangan politik di tanah air kita ini?
Mungkin setiap orang akan punya jawaban
masing-masing sesuai dengan alasan yang dipunyainya. Tapi yang jelas
aspek politik memang sejatinya takkan bisa lepas dari konstitusi sebuah
negara. Selamat menikmati makin banyaknya berita tentang politik dan
pemilu. Sebab menurut saya, akan semakin banyak berita politik yang
bakalan disertai bumbu isu dan gosip. Itu terkait dengan manuver dan
intrik politik yang sudah lazim terjadi menjelang tahun pemilihan. Dan
hal semacam itu cenderung justru akan membuat masyarakat awam semakin
bingung, bingung menentukan pilihan. Bahkan termasuk pilihan untuk tidak
memilih. Dan jikalau makin banyak kasus yang menyeret para politikus,
berhati-hatilah karna bisa menjadi makin muak setelah menonton berita
politik.
Terlepas dari apapun pilihannya, marilah
tetap peduli dan berharap munculnya figur tokoh pemimpin yang makin
baik. Rasanya ‘kaderisasi’ pemimpin dan elit politik di Indonesia masih
sangat perlu perbaikan. Dan saya berharap banyak pada partai yang belum
terkontaminasi dalam percaturan politik dan birokrasi di negeri kita
ini, yaitu partai NasDem, untuk dalam membawa perubahan baru dan
merestorasi republik ini untuk kembali pada tatanan yang semestinya
dilakukan oleh bangsa ini sesuai falsafah hidup bangsa yang sudah
disepakati bersama sejak Indonesia merdeka.
Kembali pada kondisi perpolitikan
nasional, tahun depan, diprediksi makin gaduh dan tak menentu. Pasalnya,
pada tahun 2013 dinilai sebagai tahun politik karena parpol dan para
elite akan lebih menekankan pada persiapan menjelang pemilihan umum
legislatif dan pemilihan presiden tahun 2014. Verifikasi parpol peserta
pemilu juga akan menimbulkan protes dan tensi politik tinggi.
Belum lagi peristiwa politik di daerah
yang menyita energi seperti pemilukada di sejumlah provinsi yang padat
penduduk seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Nusa
Tenggara Barat, yang kemungkinan akan menimbulkan gesekan di masyarakat.
Politik akan menjadi panglima. Penilaian
tersebut dikemukakan pakar politik LIPI Siti Zuhroh, pengamat politik
UGM Ari Dwipayana, dan pengamat politik Universitas Indonesia Maswadi
Rauf, serta pengamat politik dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI)
Novriantoni Kahar yang dimintai tanggapannya secara terpisah terkait
perkiraan kondisi politik setahun menjelang Pemilu 2014.
Siti menjelaskan tahun 2012 yang
sebelumnya dinilai sebagai momentum terbaik atau “tahun emas” bagi
pelaksanaan kerja-kerja pemerintahan, ternyata berjalan tak sesuai
harapan dengan tetap tak fokusnya pemerintahan layaknya sebuah tahun
politik. Ketika tahun kerja berlangsung seperti tahun politik, situasi
lebih buruk diprediksi akan terjadi pada tahun 2013 yang mengakibatkan
rakyat makin tak terurus akibat situasi dan kondisi yang tak menentu.
Siti Zuhroh juga mengatakan koordinasi dan soliditas yang kurang kokoh
di kabinet pada 2012 ini akan makin menjadi pada 2013 mendatang.
Alasannya, meski sudah ada peringatan berkali-kali dari Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, tentang menteri harus tetap fokus, namun hampir
mustahil untuk mewujudkannya pada tahun mendatang. Kondisi ini,
menurutnya, yang menjadi kegelisahan publik tentang masa depan perhatian
pemerintah terhadap nasib mereka.
Pertarungan politik dalam pemilukada tak
kalah seru. Tahun 2013 akan ada sejumlah pemilihan kepala daerah
seperti di Jawa Barat yang baru saja selesai, Jawa Timur, Jawa Tengah,
dan Lampung. Pengerahan dan persaingan dukungan serta ketidakpuasan atas
hasil pemilihan bakal memunculkan gesekan dan konflik. Novriantoni
Kahar dari LSI melihat tahun 2013 akan menjadi tahun pemanasan.
Kasus-kasus yang sebelumnya tersembunyi akan mulai tersingkap. Begitu
juga progres penegakan hukum, terutama yang tengah dilakukan Komisi
Pemberantasan Korupsi, akan menimpa sejumlah elite partai. Sejumlah
parpol yang awalnya solid, bisa jadi juga akan pecah. Dia juga melihat
perkembangan dari verifi kasi parpol peserta Pemilu 2014 akan menyisakan
protes dan kegaduhan.
Sementara itu, pengamat politik UGM, Ari
Dwipayana, memprediksi pada tahun 2013 akan menjadi tahun yang
dibanjiri program-program populis. Sifat program itu kebanyakan akan
langsung disalurkan ke masyarakat. Hal itu dikarenakan menteri-menteri,
khususnya yang berasal dari partai, berpandangan hal itu efektif untuk
menjaring dukungan di tahun 2014. Selain itu, lanjut Ari, harus
diwaspadai ke depan adalah pola-pola perburuan rente untuk penyiapan
dana politik. Caranya tidak selalu dari APBN yang belakangan ini terus
disorot, akan tetapi juga dapat melalui kebijakan renegosiasi
kontrak-kontrak karya dan lainnya.
Pengamat politik Maswadi Rauf mengatakan
benih konflik dalam tubuh partai, terutama terkait dengan penentuan
calon presiden, akan semakin berkembang menjadi kegaduhan politik pada
2013.
Dengan demikian, saya akan memperkirakan
bahwa sejak tulisan ini dibuat dan dibaca, kita akan melihat dan
membaca berita tentang pertarungan politik menjelang Pemilu tahun 2014
mendatang, dari praktek dagang sapi sampai pada upaya serangan fajar,
dan tak kalah menariknya bahwa mereka akan memandang antar sesama partai
politik menjadi musuh dan pesaing, sehingga perang politik akan semakin
dahsyat dan semakin seru.
Namun, harapan saya bagaimanapun kondisi
yang terjadi nantinya, kepentingan masyarakat dan negara harus selalu
dikedepankan, tidak boleh ikut-ikutan membuat suasana semkin gaduh dan
membingungkan masyarakat. Situasi harus dibangun dengan kerja-kerja
politik yang riil yang dapat langsung dirasakan masyarakat dan membuat
masyarakat semakin cerdas dalam menilai permasalahan politik, sehingga
pastisipasi masyarakat akan meningkat terhadap aktivitas dan pesta
demokrasi nantinya. Dan tentunya tingkat partisipasi itu adalah hasil
dari pencerahan atas pendidikan politik yang cerdas dan modern yang
hakekatnya bahwa politik akan membawa perubahan yang signifikan terhadap
pencapaian cita-cita bangsa sebagaimana yang telah termakhtub di
Pembukaan UUD 1945 dan Pancasila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar