Selasa, 30 Juli 2013

Mengapa Harus Pilih NasDem?

Menanggapi tudingan dan persepsi yang menyesatkan terhadap Partai NasDem di beberapa daerah, sudah sewajarnya saya sebagai kader akan membela. Namun dalam tataran berpikir bijak, bahwa saya pun memiliki kejujuran hati, akal dan kecerdasan yang akan menjawab semua tudingan tersebut dengan sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya tanpa tendesi untuk memberikan penilaian yang tidak seimbang. Bergabungnya saya secara pribadi ke dalam Partai NasDem tidaklah terjadi begitu saja, tentunya melalui berbagai pertimbangan dan berbagai pengetahuan yang saya pelajari tentang peta politik lokal, nasional, regional dan internasional. Bahkan secara jujur saya sampaikan hal ini melalui ikhtiar spiritual dan pertimbangan idealisme yang saya junjung tinggi.
Saya bukan orang kemarin sore yang tiba-tiba muncul, saya sudah memulai ikut dalam gerakan 98 dan orang mengenalnya sekarang Aktivis 98, setelah itu saya aktif dalam usaha pembentukan Provinsi Banten serta berbagai organisasi lainnya, selain pengalaman menjadi Dosen Tetap di sebuah Perguruan Tinggi Swasta Terbesar di Jakarta. Pengalaman dan pengetahuan menuntun saya untuk tidak tinggal diam melihat persoalan bangsa ini. Dari seorang yang anti berpartai dan memutuskan untuk ikut ke dalam partai bukanlah perkara mudah, hal tersebut memalui proses yang tidaklah gampang. Sebuah keputusan yang harus dilakukan untuk ikut melakukan perubahan dengan masuk kedalam sistem melalui proses perpolitikan haruslah cepat dilakukan.

Saatnya Kaum Muda Melakukan PERUBAHAN

Kekecewaan masyarakat akibat perilaku politik yang ditunjukkan para pemimpin baik di lembaga eksekutif maupun di lembaga legislatif sudah sangat mengerikan, tidak pernah luput dari pemberitaan media tentang kejadian-kejadian mereka yang merugikan dan membuat kecewa masyarakat. Dan yang paling mengerikan adalah wabah korupsi yang kian menggila sampai pada lembaga yang seharusnya menegakkan supermasi hukum di Indonesia. Pengamat Indonesia dari Northwestern University (Amerika Serikat), Jeffrey A. Winters menyebutkan bahwa demokrasi berjalan dengan amat maju di Indonesia. Indonesia adalah negeri paling demokratis di Asia Tenggara. Tapi menurut Winters kemajuan demokrasi itu tak disertai dengan tegaknya hukum. Akibatnya korupsi merajalela dan menyebarkan rasa ketidak-adilan yang meluas di kalangan rakyat. Apakah hal ini adalah kesalahan generasi yang saat ini mempimpin? Tentunya kita tidak mendikotomi hal tersebut! Sebut saja banyak tokoh-tokoh politik muda yang justru terlibat kasus korupsi dan terjerat pada praktek dinasti politik. Namun saya berpikir harus secepatnya generasi muda mengambil alih tampuk kepemimpinan, dan kaum terdahulu menjadi mentor yang baik untuk melanjutkan perjuangannya yang didasari kepentingan bangsa dan negara. Dan kaum muda yang bermasalah, sudah seharusnyalah sadar diri untuk tidak lagi melibatkan diri yang hanya akan mempersulit recovery atau perbaikan negara dan pemerintahan ke arah yang lebih baik.
Memang seharusnya kita tidak membicarakan banyak hal tentang keburukan dan kelemahan orang lain, karena sesungguhnya di setiap manusia itu selalu ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Namun kita tetap harus belajar dari pengalaman, bahwa tidak akan berubah suatu kaum apabila kaum tersebut tidak mau merubahnya sendiri. Kebersamaan antar satu kaum yaitu seluruh bangsa Indonesia seharusnya diperkuat, bahwa kita sekarang ini perlu membuat percepatan dalam perubahan Indonesia yang lebih baik. Sehingga diperlukan kesadaran dan kerelaan yang tinggi dari saudara-saudara kita yang memiliki agenda yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri dan kelompoknya.

PESAN dari SALAKANAGARA

Perjalanan siang hari dari Pandeglang menuju Menes ditempuh sekitar 2 jam-an lebih, karena ada perbaikan jalan disana-sini. Menyusuri daerah pengunungan melewati jalan alternatif antara Gunung Karang dengan Gunung Pulosari memberikan nuansa tersendiri dengan keindahan alamnya yang bisa dijadikan potensi pariwisata untuk wilayah Banten. Perjalanan ini merupakan amanah yang harus dijalankan untuk menemui salah satu tokoh masyarakat yang memiliki pengarus besar di daerahnya. Ternyata jalan yang harus dilalui pun tidaklah mudah, kendaraan tidak bisa menembus karena terdapat jalan yang longsor. Kami pun akhirnya berjalan kaki dan kendaraanpun dititipkan di rumah warga, namun ditengah perjalanan masih ada warga yang ingin mengantarkan dan menawarkan tumpangan sepeda motor hingga kami pun sampai di tempat tujuan.
Setibanya di lokasi, kami menunggu waktu berbuka puasa dan obrolanpun berlangsung setelah melaksanakan buka puasa dan sholat Maghrib berjamaah. Kami menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan untuk meminta nasehat dan wejangan. Obrolan yang singkat tersebut memberikan arti mendalam bagi kami di tengah suasana alam pengunungan di kaki Gunung Pulosari yang dingin dan disinari terangnya rembulan bertepatan dengan 14 Purnama.

Kamis, 18 Juli 2013

4M untuk RESTORASI INDONESIA

Tulisan terdahulu berjudul “MODAL SAYA UNTUK NYALEG 4M”, yaitu: Mendengar, Menyapa, Mengajak dan Membina, adalah upaya secara bertahap yang harus dilakukan untuk melakukan Restorasi di tengah masyarakat. Istilah Restorasi sampai saat ini sebagian besar masyarakat belum memahami dan mengetahui apa maksud dan tujuan dari Restorasi tersebut. Maka kita harus mengupayakan dengan sabar dan kerja keras agar nantinya masyarakat dapat memahami dan mengetahui Restorasi Indonesia yang digagas oleh Surya Paloh dalam memperbaiki kondisi bangsa dengan Gerakan Perubahannya. Rumusan Restorasi Indonesia menurut hasil Rapimnas I Partai NasDem terdapat empat kata kunci yaitu: Memperbaiki, Mengembalikan, Memulihkan dan Mencerahkan.
Mendengar adalah sebagai langkah awal untuk mengetahui berbagai keluhan, kejadian dan harapan yang diinginkan oleh masyarakat agar kita secara untuh mengetahui data secara primer yang didapat langsung dari masyarakat. Upaya ini dilakukan agar kita berperilaku selalu mendengar aspirasi dan masukan masyarakat bahkan kritikan dari masyarakat dan belajar untuk tidak mengumbar janji dengan retorika belaka.

Satu Tahun Lalu di Menes Pandeglang Banten

Sekitar satu tahun yang lalu saya berkunjung dan berdiskusi dengan seorang Guru di Menes Pandeglang Banten, dan menanyakan sesuatu hal tentang apa yang harus dipahami jika menjadi seorang pemimpin, beliau dengan tersenyum dan menyuruh saya membuka dan membacakan Ayat Suci Al-Qur’an Surah Al-Baqarah dari ayat 1 sampai dengan ayat 20. Sehingga kemudian terjadi pendalaman dan kajian makna yang termaktub dalam ayat-ayat tersebut, beberapa  inti dari pesan dan nasehat Guru yang saya ingat adalah sebagai berikut :
  1. Kita harus yakin dan percaya akan kebenaran Kitab Suci Al-Qur’an dan Kitab-Kitab Suci yang telah diturunkan sebelumnya.
  2. Memahami Al-Qur’an harus dengan taqwa agar diberi petunjuk dan menjadi orang yang beruntung. Bertaqwa yaitu mereka yang beriman kepada yang Ghaib, dan seterusnya.
  3. Janganlah menjadi orang munafik dan sesungguhkan mereka itu tidak beriman kepada Allah SWT. Dan diantara mereka itu sebetulnya tidak sadar sedang menipu dirinya sendiri, meskipun mereka mengaku beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Minta petunjuk survey atau petunjuk Tuhan?

Baik dan buruknya dampak dari kemampuan para pemimpin merupakan satu hal yang mau tidak mau kita harus terima, kadang jauh panggang dari api, dan terkadang melampauai standar harapan kita. Proses terpilihkan pemimpin dengan cara apapun adalah sebuah hal yang harus dipahami sebagai bagian proses perkembangan hidup dan kemajuan pengetahuan manusia. Namun adakah campur tangan Tuhan dalam proses terpilihnya seorang pemimpin, tentu semua yang terpilih maupun tidak terpilih jika mereka memiliki agama dan kepercayaan akan berdo’a dengan sungguh-sungguh agar harapannya tercapai. Diantara itulah godaan syaitan akan sangat nyata membuyarkan pemahaman dan pengetahuan manusia untuk memilih atau pun berharap menjadi pemimpin, sehingga sadar atau tidak sadar kita akan memilih dan dipilih berdasarkan nafsu dan keserakahan.
Mudah bagi Tuhan dalam memutarbalikan semua isi hati manusia, namun manusia diberikan kesempatan untuk belajar dari berbagai kejadian bagaimana proses pemilihan atau mendapatkan seorang pemimpin. Apakah sesungguhnya Tuhan sudah memberikan petunjuk dan garis dalam memilih dan menentukan seorang pemimpin dalam suatu kaum? Banyak ajaran, filsafah, literatur dari berbagai kajian disiplin ilmu dan keagamaan memberikan gambaran bagaimana cara dan proses menentukan seorang pemimpin. Tentunya semua itu akan dipengaruhi oleh dimensi waktu dan tempat serta perkembangan pengetahuan masyarakatnya. Kita tidak bisa menjastifikasi bahwa itu benar atau salah, namun kadang manusia sendiri yang menjastifikasi kebenaran dan kesalahan menurut teori dan pandangannya.